Akhlak Lebih Mulia Daripada Ilmu
Di
dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ
مَكَارِمَ (وَ فِي رِوَايَةٍ: صَالِحَ) اْلأََخْلَاقْ
“Aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain:
menyempurnakan kebagusan akhlaq).” (HR. Al Bukhari)
مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي
الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ
لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ
“Tidak ada sesuatu pun
yang lebih berat timbangannya dari akhlak mulia ketika diletakkan di atas mizan
(timbangan amal) dan sungguh pemilik akhlak mulia akan mencapai derajat orang
yang mengerjakan puasa dan shalat.” (HR.
Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Imam
Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum
mempelajari suatu ilmu.”
Habib Umar bin Hafidz pernah berkata, “Orang yang tinggi akhlaknya walaupun rendah ilmunya
lebih mulia daripada orang yang tinggi ilmunya tapi kurang akhlaknya.”
Hujjatul Islam al Imam al-Ghazali di dalam kitab Ihya’ Ulumiddin
menyatakan bahwa budi pekerti yang baik(akhlakul
karimah) bisa
terbentuk dari tiga faktor, yaitu:
1. Watak (thob’an)
Watak manusia asal mulanya terbentuk dari bawaan sejak lahir
(fitrah) atau turunan kedua orang tuanya. Dalam hal ini, orang tua sangat
berperan dalam pembentukan karakter seorang anak. Pepatah mengatakan,”buah
jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Maksudnya, watak seorang anak tidak akan
berbeda jauh dari orang tuanya.
2. Kebiasaan (i’tiyadan)
Ketika seseorang melakukan kebiasaan yang baik, maka orang
tersebut akan mempunyai akhlak yang baik juga. Sebaliknya, jika melakukan
kebiasaan yang tidak baik, akhlak orang tersebut juga tidak baik. Sebuah
maqolah mengatakan:
اَلْعَادَةُ إِذَا غَرِزَتْ
صَارَتْ طَبِيْعَةً
“Kebiasaan yang dilakukan
terus menerus akan menjadi sebuah watak (karakter).”
3. Pembelajaran (ta’alluman)
Akhlak seseorang dapat terbentuk dengan siapa dia berteman dan
berinteraksi. Apabila ia berinteraksi dengan orang yang baik, ia akan menjadi
baik. Begitu juga sebaliknya, karena ia akan mendapat pembelajaran dari
orang-orang yang ada di sekelilingnya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
karakeristik orang tersebut.
Doa Agar Diberi Akhlak
Mulia
Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh dari pamannya, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam membaca do’a,
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ
مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
“Allahumma inni a’udzu
bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ [artinya: Ya Allah, aku
berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)
Doa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lainnya,
اللَّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ
لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ
عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Allahummahdinii li
ahsanil akhlaaqi laa yahdi li-ahsanihaa illa anta, washrif ‘anni sayyi-ahaa,
laa yashrif ‘anni sayyi-ahaa illa anta [artinya: Ya Allah, tunjukilah padaku
akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau. Dan
palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalinggkannya kecuali
Engkau].” (HR. Muslim no. 771, dari ‘Ali bin Abi Tholib)
أسأل الله أن يزرقنا الأدب وحسن
الخلق
“Ya Allah, aku meminta
pada-Mu agar mengaruniakan pada kami adab dan akhlak yang mulia.”
Sumber: fiqhmenjawab.net