Hancurnya Generasi, Bisa karena Orang Tua
PADA dasarnya setiap insan membutuhkan panutan dalam
keluarga yaitu sosok yang bisa dijadikan kebanggaan dalam hidupnya,
begitu juga para kaum hawa mereka butuh tauladan dari orang tua dan
keluarga terdekatnya.
Tanpa tauladan, mereka akan kesulitan untuk menemukan makna hidup,
jalan pulang di tengah derasnya arus modernisasi dan merasakan manisnya
hidup. Kenapa demikian?
Para perempuan sesungguhnya tidak bisa berjalan tanpa ada arahan
orang-orang terdekat. Para orang tua mempunyai peran penting dalam
mendidik anak gadisnya, tanggung jawab mereka bukan saja dalam masalah
ekonomi dan kasih sayang, melainkan ada juga tanggung jawab pendidikan
agama.
http://haditsarbainku.blogspot.com/2016/11/hancurnya-generasi-bisa-karena-orang-tua.html

Dalilnya mana?
Mudah saja, bisa dengan pendekatan logika, karena segala sesuatu
adalah titipan Tuhan termasuk harta benda, keturunan, kesehatan, waktu
luang, sampai amanat sebagai pemangku kepentingan.
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٲلُكُمۡ
وَلَآ أَوۡلَـٰدُڪُمۡ عَن ذِڪۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٲلِكَ
فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ (٩)
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian
Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munaafiquun: 9) Ditambahkan di surat Al Anfaal ayat 28.
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Para orang tua bertanggung jawab memberi pendidikan moral kepada kaum
hawa, karena jika lengah apalagi mengabaikannya, maka mereka bisa masuk
ke dalam pola hidup kurang tepat, salah memilih pergaulan, teman
curhat, tauladan dan yang lebih berbahaya salah memilih pasangan hidup.
Jika hal ini terjadi pada kaum hawa akan berdampak besar pada
perubahan prilakunya ke arah yang kurang baik, oleh karenanya peran para
orang tua untuk mendidik agama kepada anak-anaknya menjadi hal yang
sangat serius.
Apalah arti sukses; Jika dalam rumahnya belum tertata, jika
anak-anaknya kurang mendapat perhatian kendati materi selalu ada,
anak-anaknya jauh dari pendidikan agama dan moral, anak-anaknya kurang
mendapat bimbingan dalam perkembangan kejiwaannya, kurangnya tauladan
dalam kehidupan anak-anaknya, kurang diajarkan sopan santun dan bertutur
kata yang baik kepada anak-anaknya, jika anak-anaknya tak kunjung
dewasa, tidak mandiri dan selalu bergantung kepada orang tua, jika
anak-anaknya frustasi karena sikap orang tua yang tidak bijaksana dan
jika anak-anaknya sulit diatur dan nakal
Para orang tua hendaknya mengingat pertumbuhan anak-anaknya, baik
secara psikologis maupun dalam pendidikan yang mempunyai pengaruh besar
dalam sejarah perjalanan hidupnya.
Ada tiga hal penting; Pertama, jangan sampai menyesal karena salah
mendidik anak, kedua, jangan sampai bersedih karena terlalu sibuk demi
ambisi pribadi, ketiga, jangan sampai air mata meluap karena gagal
membahagiakan anak menjadi pribadi berkarakter, bermoral dan beragama.
Ibu di Rumah
Ada beberapa pola yang harus kita perhatikan sebagai orang tua dalam
mendidik anak-anak dengan ikut menyertai hari-harinya dengan pendidikan
yang berawal dari keluarga, sebelum mereka mengenal lingkungan sekolah
dan lingkungan bergaul.
Teruntuk para ibu maupun calon ibu jadilah sebaik-baik sekolah untuk anak-anaknya, dalam ungkapan bahasa Arab dikatakan “Al Ummu Madrasatun”, artinya seorang ibu adalah sebaik-baik sekolah. Peran bapak juga penting, namun peran ibu jauh lebih penting.
Maka kita bisa membayangkan jika seorang ibu sibuk bekerja siang
malam mencari tambahan untuk suaminya lalu menitipkan anak-anaknya
kepada orang lain, di satu sisi kita tidak tahu apa yang dirasakan dan
dibutuhkan sang anak.
Bukan berarti seorang perempuan tidak boleh bekerja atau membantu
suaminya, akan tetapi seyogyanya pandai memilih skala prioritas dalam
kehidupannya sehingga tidak terjebak dalam urusan sekunder, apalagi jika
hanya memenuhi gaya hidup semata. Berbahaya!
Dalam kehidupan anak-anak, berbahagia cukup sederhana yaitu hari-hari
mereka bisa dilalui bersama orang-orang terdekatnya khususnya seorang
ibu. Kenapa demikian?
Kasih sayang seorang ibu jauh berbeda dengan bapak. Sampai kapanpun
perhatian dan kasih sayang yang diberikan seorang ibu tidak mungkin sama
dengan bapak. Inilah kelebihan para ibu. Maka berbahagialah anda
sebagai seorang perempuan.
Kelebihan lain, ketika para ibu ditinggal suaminya, ia sanggup
mengurusi beberapa anaknya bahkan tak jarang mereka yang rela tidak
menikah lagi seumur hidupnya dan hanya fokus mendidik dan membesarkan
anak-anaknya. Berbeda dengan para lelaki yang ditinggal isterinya,
biasanya tak lama berselang mereka menikah lagi,tak sanggup mengurus
diri sendiri dan anak-anaknya.
Saat sang anak hendak bepergian jauh, dalam banyak kasus seorang ibu
lebih pandai mempersiapkan kebutuhan sampai bekal makananpun disiapkan,
ketika sudah dalam perjalanan perhatian tak pernah putus, menelepon, sms
dan terus menemani perjalanan sang anak dengan perhatian sampai tiba di
tempat tujuan.
Ada sebuah ungkapan :
“Jika seseorang ditinggalkan ibunya maka akan berdampak pada
kurangnya perhatian dan sentuhan kasih sayang, jika ditinggal bapak
dampaknya pada masalah ekonomi”
Anehnya di zaman sekarang banyak anak yang lebih dahulu yatim piatu
kendati orang tuanya masih hidup. Dan nampaknya inilah penyakit kronis
yang banyak diderita anak-anak yaitu penyakit “KUPER” alias kurang
perhatian. Alangkah sayang!
Seandainya para orang tua mau mendudukkan anak-anaknya untuk
mendengar keluh kesah dan mendapat jawaban jujur dari buah hati, cobalah
sesekali tanyakan.
Nak! Tolong koreksi ibu dan bapak, coba sebutkan apa saja kekurangan kami selama ini?.
Para orang tua usah kaget, karena anda akan dicecar dengan ribuan
keluh kesah dan beragam kekurangan anda. Jika anda merasa punya 100
kebaikan kepada anak anda, maka anak anda akan mengutarakan 1000
kekurangan anda. Maka sadarlah!
Mungkin saja umur seorang ibu tidaklah panjang menemani hidup sang
anak, namun betapa banyak mereka yang bahagia kendati ibunya sudah lama
meninggal,karena sentuhan kasih sayang sang ibu yang masih melekat dan
membekas di relung sanubari sang anak. Sebaliknya betapa banyak
anak-anak yang orang tuanya masih hidup namun hidupnya kurang bahagia,
karena kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Alangkah sayangnya!
Para ulama berpendapat diantara sebab hancurnya generasi dan rusaknya
karakter anak-anak umumnya karena faktor orang tua mereka sendiri,
kurang perhatian, tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban agama, perkara
halal haram dan sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada anak-anaknya.
Sungguh! Tiada yang lebih membuat orang tua berbahagia, melainkan
melihat anak-anaknya takut dan tunduk ruduk hanya kepada Allah semata.